Yesaya 6:1-13
Setiap Minggu tidak terhitung banyaknya orang yang berkumpul di gedung gereja untuk menyembah Tuhan. Tetapi bagi banyak dari mereka, pergi ke gereja hanyalah salah satu dari daftar tugas mereka—aktivitas yang memenuhi “kewajiban rohani” mereka. Meskipun mereka mungkin tersentuh oleh musik dan khotbah, mereka cepat kehilangan perasaan itu dan kembali lagi kepada kehidupan yang Tuhan terasa jauh, dan kesenangan-kesenangan dunia tampak lebih menarik.
Zaman Yesaya tampaknya tak jauh berbeda dari zaman kita. Perhatikanlah penilaian Tuhan: “Bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan” (Yesaya 29:13).
Apa solusinya ketika umat Tuhan mulai memperlakukan-Nya dengan tidak semestinya? Perjumpaan Yesaya dengan Tuhan dalam ayat bacaan hari ini memberikan contoh yang baik. Ketika melihat kekudusan Tuhan yang luar biasa, Yesaya dipenuhi dengan rasa takut dan kesadaran mendalam akan dosa-dosanya sendiri. Dengan rasa duka ia berseru, “Celakalah aku! aku binasa!” (Yesaya 6:5). Setelah disucikan dari dosanya, kerinduannya hanyalah melayani Tuhan sebagai nabi-Nya, dan ia berkata, “Ini aku, utuslah aku” (Yesaya 6:8).
Meskipun kita kemungkinan tidak akan mengalami penglihatan seperti ini, setiap kali kita membaca Firman Tuhan, kita juga memiliki kesempatan untuk melihat “Sang Raja, Tuhan semesta alam” (Yesaya 6:5) seperti Yesaya. Dan yang jauh lebih menakjubkan adalah bahwa Tuhan yang kudus dan mulia ini mengundang kita untuk memiliki relasi yang intim dengan Dia melalui Putra-Nya.
Jika kehidupan rohani Anda sudah menjadi terlalu mekanis, inilah saatnya untuk menjalani waktu bersama Tuhan secara berbeda. Berdoalah memohon hati yang terbuka untuk mengalami perjumpaan yang benar dengan Dia, dan nantikanlah dengan sabar ketetapan-Nya.